GURUKU INSPIRASIKU
Langkahku
terhenti saat tatapanku tertuju pada seorang lelaki tua, yang sedang
memboyong beberapa kursi untuk dijual kepada segelintir orang yang
membutuhkannya.
Waktupun berlalu dan serentak terfikir
“Bapak itu kasihan juga ya, sudah tua, masih jualan, andai kata aku punya uang, pasti aku akan menolong dan memborongnya”, tiba-tiba sebuah mobil datang menghampiri, dan terlihat ia adalah guruku sendiri, ia pun melambaikan tangannya dan mengajakku untuk berangkat sekalian bersamanya, dan terjadilah percakapn diantara kami berdua
“Nunggu siapa andy?” Sapanya
“Ah tidak pak” jawabku
Tiba-tiba beliaupun memberhentikan laju mobilnya dan menatap seorang lelaki tua yang sedang berjualan kursi, yang sedari tadi aku lihat
“Eh ndy, sibapak itu kasihan ya”
“Iya pak”
“Eh tunggu sebentar ya, bapak mau nemui si bapak itu dulu” lanjutnya
“Iya pak, silakan” kataku
Disela-sela percakapan, dari dalam mobil aku pun sempat mendengarnya, dan beliau sempat mewawancarai dan bertanya-tanya tentang tukang kursi itu, dan katanya
“Selamat pagi pak” sapanya
“Pagi juga”
“Oh ya, bapak berjualan kursi ini sejak kapan?” tanyanya
“Sejak 10 tahun yang lalu”
“Sebenarnya saya juga tidak ingin berjualan, tapi beban hidup saya yang berat dan terus menghantui saya, akhirnya mau taidak mau saya harus berjualan kursi seperti ini, lanjutnya
Beliaupun tercengang mendengar cerita si bapak itu
“Sudah pak, sekarang berapa semua jumlah harga kursi ini.
“500 ribu pak” jawabnya
“Ini ada uang satu juta buat bapak, dan kursinya jangan dijual lagi, sekarang istirahatlah, bawa buat di rumah”
“Wah yang bener pak?” yakinkannya
Matanya pun terlihat mulai membendung dan seakan-akan tak percaya apa yang ia dapatkan hari ini, dan bibirnya terlihat bergetar sembari berkata
“Terima kasih ya Allah”
“Tapi pak, ini benar buat saya?” lanjutnya
“Iya benar, ini untuk bapak, sekarang kemasi semua kusri bapak, dan bapak pulang kerumah”
“Terima kasih pak, semoga semua amal baik bapak dibalas Allah SWT, amiin”
“Iya terima kasih pak, o ya sekarang waktu sudah menunjukan pukul 7 lewat 47, saya mau ke sekolah dulu, ada jadwal mengajar, sampai jumpa pak”
“Iya bapak, silakan, sekali lagi terima kasih”
Guru saya pun kembali lagi ke mobilnya dan melontarkan sebuah kata
“Andy, kita beruntung sekali ya, kita masih diberi rizki yang banyak”
“Iya pak” jawabku
Sampai percakapan kami berlanjut hingga tak terasa aku dan guruku sudah ada di gerbang sekolah
“Terima kasih pak atas tumpangannya” Ucapku
“Iya sama-sama, ya sudah bapak duluan ya”
“Iya pak, silakan”
Kakipun kulangkahkan, menuju sebuah ruangan yang penuh keramaian sembari berkata
“Entahlahlah, hari ini penuh misteri”
“Ya tuhan aku ingin seperti guruku yang begitu dermawan ke setiap orang”.
Waktupun berlalu dan serentak terfikir
“Bapak itu kasihan juga ya, sudah tua, masih jualan, andai kata aku punya uang, pasti aku akan menolong dan memborongnya”, tiba-tiba sebuah mobil datang menghampiri, dan terlihat ia adalah guruku sendiri, ia pun melambaikan tangannya dan mengajakku untuk berangkat sekalian bersamanya, dan terjadilah percakapn diantara kami berdua
“Nunggu siapa andy?” Sapanya
“Ah tidak pak” jawabku
Tiba-tiba beliaupun memberhentikan laju mobilnya dan menatap seorang lelaki tua yang sedang berjualan kursi, yang sedari tadi aku lihat
“Eh ndy, sibapak itu kasihan ya”
“Iya pak”
“Eh tunggu sebentar ya, bapak mau nemui si bapak itu dulu” lanjutnya
“Iya pak, silakan” kataku
Disela-sela percakapan, dari dalam mobil aku pun sempat mendengarnya, dan beliau sempat mewawancarai dan bertanya-tanya tentang tukang kursi itu, dan katanya
“Selamat pagi pak” sapanya
“Pagi juga”
“Oh ya, bapak berjualan kursi ini sejak kapan?” tanyanya
“Sejak 10 tahun yang lalu”
“Sebenarnya saya juga tidak ingin berjualan, tapi beban hidup saya yang berat dan terus menghantui saya, akhirnya mau taidak mau saya harus berjualan kursi seperti ini, lanjutnya
Beliaupun tercengang mendengar cerita si bapak itu
“Sudah pak, sekarang berapa semua jumlah harga kursi ini.
“500 ribu pak” jawabnya
“Ini ada uang satu juta buat bapak, dan kursinya jangan dijual lagi, sekarang istirahatlah, bawa buat di rumah”
“Wah yang bener pak?” yakinkannya
Matanya pun terlihat mulai membendung dan seakan-akan tak percaya apa yang ia dapatkan hari ini, dan bibirnya terlihat bergetar sembari berkata
“Terima kasih ya Allah”
“Tapi pak, ini benar buat saya?” lanjutnya
“Iya benar, ini untuk bapak, sekarang kemasi semua kusri bapak, dan bapak pulang kerumah”
“Terima kasih pak, semoga semua amal baik bapak dibalas Allah SWT, amiin”
“Iya terima kasih pak, o ya sekarang waktu sudah menunjukan pukul 7 lewat 47, saya mau ke sekolah dulu, ada jadwal mengajar, sampai jumpa pak”
“Iya bapak, silakan, sekali lagi terima kasih”
Guru saya pun kembali lagi ke mobilnya dan melontarkan sebuah kata
“Andy, kita beruntung sekali ya, kita masih diberi rizki yang banyak”
“Iya pak” jawabku
Sampai percakapan kami berlanjut hingga tak terasa aku dan guruku sudah ada di gerbang sekolah
“Terima kasih pak atas tumpangannya” Ucapku
“Iya sama-sama, ya sudah bapak duluan ya”
“Iya pak, silakan”
Kakipun kulangkahkan, menuju sebuah ruangan yang penuh keramaian sembari berkata
“Entahlahlah, hari ini penuh misteri”
“Ya tuhan aku ingin seperti guruku yang begitu dermawan ke setiap orang”.
Komentar
Posting Komentar